Bank BJB Targetkan Keseimbangan Komposisi DPK

Bandung, (GB) - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (bank bjb) terus mendorong adanya keseimbangan antara deposito atau dana mahal dengan current account and savings account (CASA) atau dana murah.

Direktur Utama bank bjb Ahmad Irfan mengatakan perseroannya menargetkan komposisi dana pihak ketiga (DPK) antara deposito dan dana murah dapat berimbang. Bahkan, Bank bjb memiliki target dapat meningkatkan CASA hingga mencapai 55%, sebutnya.

“Upaya yang terus dilakukan hingga saat ini yakni meningkatkan kerjasama kelembagaan dengan sejumlah institusi seperti yang terbaru yaitu Taspen dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kantor Wilayah Jawa Barat,” katanya, Selasa (13/10).

Dia menyampaikan tabungan menjadi prioritas karena menurutnya besarnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank salah satunya dapat diukur melalui besarnya portofolio tabungan dan jumlah transaksi yang dilakukan.

“Namun demikian giro dan deposito pun tetap harus tumbuh untuk keseimbangan komposisi dana,” ujarnya.

Untuk menarik minat nasabah untuk terus meningkatkan tabungan dan transaksi keuangannya di bank bjb, perseroan menyiapkan program peningkatan loyalitas nasabah serta hadiah langsung, di samping secara internal perseroan terus meningkatkan layanan.

“Produk terus dikembangkan sehingga meningkatkan value yang dapat dirasakan oleh para nasabah. Dengan luasnya jaringan yang kami punya di hampir seluruh kota besar di Indonesia, masyarakat pun dapat menilai bahwa bank bjb semakin dapat diandalkan dan dipercaya,” tuturnya.



Tak Terpengaruh Fluktuasi Dolar

Terkait fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Ahmad Irfan menyampaikan perseroannya tidak terlalu terpengaruh karena eksposur kredit maupun komposisi DPK dalam bentuk valuta asing, khususnya dolar AS, jumlahnya sangat kecil.

Adapun terkait keputusan Bank Indonesia menjaga tingkat suku bunga acuan (BI Rate) di tengah adanya desakan untuk menurunkan BI Rate, bank bjb mempercayai kebijakan BI telah mempertimbangkan berbagai faktor dari sisi internal maupun eksternal.

“Tentunya kami berharap keputusan yang diambil dapat memberikan angin segar bagi kami sebagai pelaku industri perbankan. Saat ini kami pun sedang mengurangi deposito atau dana mahal secara bertahap dan meningkatkan CASA,” paparnya.

Sementara itu soal bisnis intermediasinya, Ahmd Irfan menyatakan perseroannya saat ini memiliki tingkat likuiditas yang cukup sehat, sebagai buah dari terjaganya keseimbangan antara penyaluran kredit dan penghimpunan (DPK).

“Di sisi penyaluran dana atau kredit, bank bjb gencar melakukan penetrasi melalui skema kerjasama linkage dengan BPR. Di sisi lain, kami terus meningkatkan DPK dengan mengutamakan dana-dana murah,” katanya.

Dia menyatakan bank bjb menargetkan pada tahun ini rasio tersebut dapat menyentuh 90%-92%, di mana per Agustus 2015 perseroannya mencatat tingkat loan to deposit ratio (LDR) bank bjb berada di level 73%.

Menurut dia, potensi yang sedemikian besar baik yang berasal dari institusi maupun perorangan, terus digali bank bjb dengan melakukan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dengan pihak-pihak tersebut.

“Terus kami gali kerjasama yang bersifat business to government maupun business to business seiring dengan langkah kami dalam mengembangkan kualitas layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah,” ujarnya.

Dalam melakukan ekspansi kredit, bank bjb mengutamakan pertumbuhan kredit yang sehat dan berkualitas dengan menyasar segmen yang selama ini sudah menjadi expertise bank bjb dengan tingkat risiko yang sudah diperhitungkan dengan matang.

Di sisi lain, berdasarkan data perseroan, dari total DPK per Juni 2015 yang mencapai Rp. 77,3 Triliun, 49%-nya adalah dana murah (CASA). “Kami optimistis angka ini akan semakin meningkat di akhir tahun 2015 mendatang,” sebut Ahmad. den