Gelar Seminar HAM di UNAS

Jakarta, GB - Pusat Pengkajian Politik Masyarakat (P4) dan Indonesian Institute for Democracy (ISDEM) menggelar seminar Penegakan HAM Dalam Bingkai Pancasila Dan UUD 1945 di kampus Universitas Nasional (UNAS) Jakarta kemarin.

Dr. TB Marsya Jafar, Ketua program pascasarjana Ilmu politik Unas mengungkapkan, berbicara HAM, kita seperti terasing. Seharusnya lebih peduli lagi terhadap HAM. Jika dilihat dari nilai Pancasila dan dari semua aspek, terlihat luar biasa.

"Kita semuanya sudah masuk dalam nilai-nilai HAM. Namun apakah bangsa kita sudah paham tentang HAM, bagaimana mengkonsolidasikan pada masyarakat dan bagaimana mengorganisasikannya," kata Marsya sebagai pembicara diseminar itu.

Dia juga menambahkan, Jika semua commited kepada HAM, tidak hanya terselamatkan, terutama dengan 4 pilar ham didalamnya. 

"Isu agama, sekte, dan lain lain, yang banyak berpengaruh kepada HAM. Bagaimana bangsa yang plural sehingga seluruh warga negara nyaman dan tidak menjadi tirani. Jangan ada penindasan kepada kelompok minoritas. Apabila kita paham kita bisa mengonsolidasi," tegasnya lagi.

Senada, Nurul Zaman, Ketua DPP GP ANSOR berpendapat, selama ini NU dan ANSOR tidak pernah bergabung dalam kegiatan anarkis. Malah selalu menjadi yang terdepan membela negara. Tapi, catatan dari dalam dan luar negeri berbeda versi.

"NU mempunyai prinsip bufat. Artinya jika ada yang mencoba mengganti ideologi Pancasila sebagai dasar negara maka wajib diperang. Data dari buku judul benturan NU-PKI, banyak yang dibunuh sepeti Kiai, Ustad, dan Ulama," urai Nurul.

Karena itu, NU dan ANSOR mencoba mengekspor gagasan mereka ke luar negeri. Dengan mengirim 30 orang ke Amerika untuk Maulid Nabi. Lalu meberikan beasiswa kepada 40 mahasiswa afganistan di Universitas Semarang. 15 dan 20 orang disekolahkan di nahdatul ulama di Parung untuk mempelajari islam.
 
"Ketika mereka datang ke Indonesia tempatnya di Pesantren Padalarang, Jawa Barat,mereka menangis dan menyatakan Islam yang benar adalah Islam seperti Indonesia. Ini agar mentransfer keagamaan Indonesia ke luar negeri," pungkasnya. (Mal)